22 Oktober 2012

Membicarakan Perceraian dengan Anak


Suatu kebingungan melanda ketika hubungan Anda dan pasangan tidak bertambah baik, sehingga yang Anda berdua takutkan mungkin bisa terjadi. Perceraian, kata ini seringkali menyebabkan stres dan momok dalam diri Anda berdua, terutama pada mereka yang sudah memiliki anak.
Rasanya begitu sulit untuk membicarakan mengenai perpisahan yang akan terjadi pada buah hati Anda. Anda takut reaksi mereka akan di luar dugaan dan mungkin saja mereka takkan menerima keadaan yang baru. Beberapa cara berikut ini mungkin bisa diterapkan ketika keputusan tersulit yaitu perceraian, harus diambil sebagai jalan terakhir.
1. Biarkan anak Anda tahu mengenai kemungkinan bercerai dari awal
Sejujurnya, meski mereka masih kecil, anak Anda bukanlah individu yang tidak bisa melihat ketidakcocokan orangtuanya. Mungkin saat Anda berdua berselisih pendapat, Anda tidak sadar bahwa anak Anda sedang memperhatikan Anda.
Beritahukan situasi yang sedang terjadi dan mungkin terjadi kepada mereka, jangan biarkan anak Anda seperti merasa di tengah kegelapan. Tidak tahu menahu mengenai kemungkinan perceraian yang akan mereka hadapi.
Sebenarnya, mereka bahkan sudah menyadari bahwa "sesuatu" tengah terjadi sebelum Anda mengambil keputusan untuk bercerai. Tidak usah beberkan detail-detailnya kepada anak Anda. Tapi, jika Anda berniat untuk mengambil keputusan bercerai, beritahukanlah alasan utama mengapa Anda mengambil keputusan itu. Pembicaraan ini haruslah dilakukan pada saat Anda tenang dan bisa mengontrol emosi Anda.
Sebisa mungkin janganlah membiarkan anak menjadi tempat bersandar Anda dalam hal perceraian ini. Bagaimanapun juga mereka pun akan mengalami perubahan besar dalam hidup mereka. Sebaiknya Anda harus ingat bahwa biarkanlah mereka yang bersandar kepada Anda dan bukan Anda yang bertumpu kepada mereka untuk mencari penghiburan yang tidak Anda dapatkan dari pasangan.
Ingat, mungkin Anda merasa tidak seperti itu, tapi seringkali pada situasi perceraian, anak menjadi sandaran curahan hati orangtua dan itu tidaklah baik. Bagaimanapun, anak Anda tak perlu mendengar bahwa pasangan Anda kurang ajar dan tak tahu diri atau menjelek-jelekkan sikap buruk pasangan Anda bukan?
2. Yakinkan anak bahwa bukan mereka penyebabnya
Ketika berbicara kepada anak, beritahukan bahwa bukan mereka penyebab perceraian Anda berdua. Mungkin saja, jika anak Anda sudah mulai remaja bisa jadi mereka merasa bertanggung jawab atas semua kesalahan yang terjadi. Akan tetapi, jelaskan kepada anak bahwa semua ini merupakan keputusan yang sudah diambil berdua, dan kalian berdua akan selalu ada untuk mereka sebagai orangtua. Meskipun sudah tidak lagi bersama, mereka akan tetap menjadi anak Anda dan pasangan.
Tegaskanlah kepada anak Anda bahwa jika terjadi kesulitan menerima situasi, Anda dan pasangan Anda akan mendengarkan kesulitannya dan akan membantu ia melewati masa sulit itu.  Jika anak Anda mengalami kesulitan yang berlebihan dalam menerima situasi, maka ajaklah anak Anda kepada seorang ahli dalam bidang ini.

3. Buatlah rencana bersama anak Anda setelah perceraian terjadi

Pastikanlah bahwa Anda tetap membuat rencana bersama anak Anda dan juga pasangan sebagai sebuah keluarga. Bagaimanapun, anak Anda harus dilibatkan dalam mengambil keputusan kapan pasangan Anda akan menjenguk anak Anda, apalagi jika pasangan Anda hidup jauh dari Anda.
4. Buat satu aturan kesepakatan bersama
Perceraian memang mengakibatkan Anda berdua menjadi stres. Ya... itu benar, tapi tetap ada hal yang perlu dibicarakan, apalagi jika Anda berdua tinggal berbeda rumah. Perlu ada suatu aturan sama yang diterapkan oleh Anda berdua melalui kesepakatan mengenai anak Anda dan apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan olehnya.
Ini berlaku baik bila anak Anda ada di rumah Anda maupun di rumah pasangan Anda. Ingat, pergunakan kalimat yang tidak menjelekkan pasangan Anda. Bagaimanapun anak Anda tak boleh melihat Anda dan pasangan sedang saling membicarakan kekurangan masing-masing. Dan sebagai tambahan, jangan pergunakan anak Anda sebagai penengah urusan Anda dan pasangan, contohnya,"bilang mama untuk...".
Hal ini tidak sehat, sebaiknya langsung bicarakan satu sama lain sehingga anak Anda tidak merasa menjadi penengah dan merasa bertanggung jawab untuk pertengkaran Anda berdua agar Anda dan pasangan berdamai.

Tidak ada komentar:

P E N G U M U M A N NOMOR : 810/         /2020 Dalam rangka memenuhi kebutuhan SDM, Puskesmas Cilongok I Dinas Kesehatan Kabupaten B...