Pengobatan tradisional tetap diminati masyarakat di Indonesia sekalipun pelayanan kesehatan modern telah berkembang di Indonesia, jumlah masyarakatt yang memanfaatkan pengobatan tradisional tetap tinggi. Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2001, 57,7% penduduk Indonesia melakukan pengobatan sendiri, 31,7% menggunakan obat tradisional, dan 9,8 memilih cara pengobatan tradisional. Sedangkan pada tahun 2004 penduduk Indonesia yang melakukan pengobatan sendiri meningkat menjadi 72,44 % dimana 32,87 % menggunakan obat tradisional. Sementara di luar negeri saat ini penggunaan pengobatan alternatif semakin populer . Dari data didapatkan bahwa di Amerika , pasien yang menggunakan pengobatan alternatif lebih banyak dibandingkan dengan yang datang ke dokter umum sedangkan di Eropa penggunaannya bervariasi dari 23 % di Denmark dan 49 % di Prancis . Di Taiwan 90 % pasien mendapat terapi konvensional dikombinasikan dengan pengobatan tradisional Cina dan di Australia sekitar 48,5 % masyarakatnya menggunakan terapi alternatif . Dari data diketahui pula bahwa penggunaan terapi alternatif pada penyakit kanker bervariasi antara 9 % sampai dengan 45 % dan penggunaan terapi alternatif pada pasien penyakit saraf bervariasi antara 9 sampai 56 % . Penelitian di Cina menunjukkan bahwa 64 % penderita kanker stadium lanjut menggunakan terapi alternatif . Penelitian Kessler et all menunjukkan bahwa 9 dari 10 pasien yang menderita ansietas dan 6 dari 10 penderita depresi berkunjung ke psikiater dan pengobat alternatif. Dokter yang berkecimpung pada pengobatan alternatif pun meningkat. Di Inggris ada sekitar 40 % dokter mengadakan pelayanan pengobatan alternatif. Dari berbagai data di atas terlihat adanya kecenderungan yang besar pemanfaatan pengobatan alternatif .
Menurut Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Depkes, jumlah Pengobat tradisional di Indonesia yang tercatat cukup banyak, yaitu 280.000 pengobat tradisional dan 30 keahlian/spesialisasi. Sedang dari di 30 ribu jenis tanaman yang ada di Indonesia 950 jenis diantaranya memiliki fungsi penyembuhan yang sudah selayaknya bisa dikembangkan bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia. Dibandingkan dengan negara lain kita sudah jauh ketinggalan dalam pengembangan obat tradisional ini. Tak usah jauh-jauh kita membandingkan , negara tetangga kita Malaysia telah mempatenkan obat tradsional seperti Pasak Bumi padahal Pasak bumi ini sangat banyak di bumi kalimantan ini.
Kedokteran konvensional tidak dapat mengabaikan pengobatan alternatif ini. Kedokteran konvensional sangat tergantung dari teknologi yang mahal untuk memecahkan masalah kesehatan, meskipun kadang pula hal tersebut tidak efektif). Dalam antusiasme terhadap teknologi, kembali pada pendekatan holistik dan metode-metode sederhana seperti diet dan metode relaksasi yang dilakukan pada pengobatan alternatif seringkali pula berjalan dengan efektif . Penelitian juga menunjukkan bahwa pendekatan holistik dan konsultasi dengan pengobat alternatif / komplementer membuat pasien lebih dapat mengontrol penyakitnya. Pada beberapa kalangan yang berpikiran luas , timbul keraguan pula akan hakekat pelayanan kedokteran yang cenderung hanya bertumpu pada regionalisasi, pemberian resep obat, instrumentasi dan pembedahan tanpa memperhatikan faktor intrinsik , aspek kemanusiaan pasien.
Pengobatan alternatif merupakan bentuk pelayanan pengobatan yang menggunakan cara, alat, atau bahan yang tidak termasuk dalam standar pengobatan kedokteran modern ( pelayanan kedokteran standar ) dan dipergunakan sebagai alternatif atau pelengkap pengobatan kedokteran modern tersebut. Manfaat dan khasiat serta mekanisme pengobatan alternatif biasanya masih dalam taraf diperdebatkan.
Charthy , dalam Natural therapies menyebutkan beberapa jenis pengobatan alternatif , yaitu : akupresur, akupuntur, teknik alexander, kinesiology, aromaterapi, autogenic therapy, chiropractice, terapi warna, homeopati, osteopati, hipnoterapi, iridology, naturopathy, terapi nutrisi, terapi polaritas, psikoterapi , refleksiologi , pemijatan, pengobatan Cina. Sedangkan dalam ensiklopedia pengobatan alternatif, Jenis pengobatan ini dibagi dalam 3 kelompok besar yaitu :
Terapi Energi yang meliputi : Akupuntur , Akupresur, Shiatsu, Do-in, Shaolin, Qigong,, T’ai chi ch’uan, Yoga, Meditasi, Terapi polaritas, Refleksiologi, Metamorphic technique, Reiki, Metode Bowen, Ayurveda, Terapi tumpangan tangan.
Terapi fisik yang meliputi : Masase, Aromaterapi, Osteopati, Chiropractic, Kinesiology, Rolfing, Hellework, Feldenkrais method, Teknik Alexander, Trager work, Zero balancing, Teknik relaksasi, Hidroterapi, Flotation therapy, Metode Bates .
Terapi pikiran dan spiritual yang meliputi : Psikoterapi, Psikoanalitik, Terapi kognitif, Terapi humanistik, Terapi keluarga, Terapi kelompok, Terapi autogenik, Biofeedback, Visualisasi, Hipnoterapi, Dreamwork, Terapi Dance movement , Terapi musik, Terapi suara, Terapi seni, Terapi cahaya, Biorhythms, Terapi warna.
Dalam sistem pelayanan kesehatan di Inggris, jenis pengobatan alternatif ini dibagi menjadi 3 kelompok besar . Kelompok pertama adalah : Kelompok yang paling terorganisasi dan teratur , seperti : akupuntur, chiropractic, pengobatan dengan herbal, homeopati, osteopati. Pengobatan alternatif yang masuk dalam kelompok ini mempunyai dasar penelitian. Kelompok kedua adalah : Kelompok pengobatan alternatif yang membutuhkan penelitian lebih lanjut , namun sudah digunakan sebagai pelengkap dalam sistem pelayanan kesehatan , seperti : hipnoterapi dan aromaterapi. Kelompok ketiga adalah : kelompok pengobatan alternatif yang belum mempunyai data sama sekali , seperti : terapi dengan kristal dan pendulum.
Beberapa pendukung terkemuka dari pengobatan alternatif menolak konsep bahwa efektifitas dari pengobatan alternatif membutuhkan atau dapat dilakukan validasinya dengan penelitian secara random dan controlled – trial. Dengan pertimbangan bahwa banyak intervensi pengobatan alternatif tidak memberikan obat atau melakukan operasi , seperti pengobatan tradisional Cina , pengobatan Ayurvedic, terapi tumpangan tangan didasarkan pada pandangan vitalistik dari kesehatan dan penyakit. Terapi –terapi ini percaya adanya energi vital ( qi, prana, kekuatan spiritual ). Masalah lainnya adalah penelitian double-blind, misalnya pada akupuntur sangat sulit karena metode ‘blinding’ dengan menusukkan jarum tidak memungkinkan. Sehingga efektifitas pengobatan alternatif dipengaruhi oleh banyak faktor yang tidak dapat dispesifikasi, dihitung, dan dikontrol dengan metode penelitian double-blind. Beberapa penelitian telah dilakukan pada akupuntur, tanaman obat, dan chiropractic, namun kadangkala kesimpulan tidak dapat ditarik karena adanya kekurangan pada rancangan penelitian. Kesulitan lain yang dihadapi peneliti dalam mengevaluasi efektifitas suatu pengobatan alternatif adalah tingginya heterogenitas cara yang digunakan untuk mengobati gejala yang sama. Penelitian Kalauokalani et all terhadap 7 praktisi akupuntur dalam mengobati nyeri pinggang bawah , memperlihatkan adanya variasi yang besar pada jumlah titik yang digunakan ( antara 5 – 14 titik ) dan jumlah jarum yang digunakan ( antara 7 sampai 26 jarum ) dan kesamaan titik yang digunakan hanya ada pada 4 titik ( 14 % ). Tingginya heterogenitas ini menimbulkan tantangan bagi peneliti dalam membuat rancangan penelitian dan cara menginterpretasikannya.
Beyerstein, menyatakan saat seseorang sembuh dari penyakit dengan menggunakan suatu metode alternatif maka tidak dapat dikatakan metode tersebut benar efektif . Beberapa faktor yang menyebabkan suatu pengobatan yang tidak efektif menjadi seolah efektif adalah :
Penyakit mempunyai perjalanan alami untuk sembuh sendiri.
Penyakit mempunyai siklus remisi – eksaserbasi , seperti pada multiple sclerosis, asma, alergi, dan migren. Bukan tidak mungkin pasien datang pada saat penyakitnya akan membaik.
Efek plasebo. Para pengobat alternatif seringkali membuat penyakit seolah dapat lebih dihadapi. dan pengobat alternatif biasanya lebih antusias dan karismatik. Jadinya kesembuhan yang dialami lebih kepada faktor psikologis. Sebagai contoh : Pada pasien nyeri kronik seringkali nyerinya berkurang dengan pendekatan psikologis tanpa menyentuh faktor patologis yang mendasarinya.
Adanya somatisasi dan ketakutan akan hilangnya perasaan ‘sehat’ . Banyak pasien dengan somatisasi berobat ke dokter dan telah dilakukan berbagai pemeriksaan tidak ditemukan adanya kelainan. Pasien tersebut akhirnya datang ke pengobat alternatif yang ‘selalu’ menemukan sesuatu untuk di obati dan jika terjadi ‘ penyembuhan ‘ maka kepercayaan semakin timbul.
Dari sudut aspek antropologis, pandangan efektifitas pengobatan modern dan alternatif- tradisional sebenarnya menggunakan terminologi yang tidak sama . Pengertian biomedis dari Barat tidak bisa sama dengan pengertian etnomedis tentang kemanjuran dan terdapat pandangan di kalangan Barat bahwa di luar sistem medis yang didasarkan ilmu biomedis Barat pasti irasional karena didasarkan pada magis dan bukannya observasi empiris. Sehingga dalam menentukan efektifitas pengobatan alternatif – tradisional perlu diadakan suatu pendekatan multidimens.
Seberapa besar manfaat pengobatan alternatif berdasarkan tanggapan dokter maupun pasien penggunanya ?.
Penelitian meta-analisis terhadap tanggapan dokter mengenai pengobatan alternatif menunjukkan bahwa dari 12 penelitian yang berbeda , dokter memberikan jawaban yang positif terhadap keberadaan pengobatan alternatif, terutama terhadap akupuntur, osteopati, homeopati, dan chiropractic. Pada 5 penelitian diantaranya ditanyakan mengenai bermanfaat atau tidaknya pengobatan alternatif tersebut. Tanggapan dokter yang menjawab bahwa pengobatan alternatif bermanfaat berkisar dari 54 % sampai 86 %. Dapat dikatakan di sini bahwa sebagian besar dokter setuju bahwa pengobatan alternatif bermanfaat pada penyembuhan penyakit.
Penelitian Verhoef et all, pada pasien tumor otak yang menggunakan pengobatan alternatif menunjukkan dua pertiganya menyatakan bahwa pengobatan tersebut bermanfaat. Secara umum pasien mengatakan bahwa tingkat ‘ energi ‘ meningkat dan merasa lebih sehat fisik dan mental. Pada sepertiga pasien mempunyai harapan yang tinggi bahwa pengobatan alternatif ini mampu mengecilkan dan menghilangkan tumornya.
Penelitian Ernaldi bahar dkk, terhadap gangguan kesehatan jiwa pada anak dan remaja di Palembang menunjukkan bahwa orang tua penderita percaya bahwa pengobatan tradisional lebih kompeten dan mampu mengobati kesehatan jiwa anaknya.
Penelitian Kessler et all, pada pasien yang menderita ansietas dan depresi didapatkan data bahwa sebagian besar pasien menyatakan pengobatan alternatif sama berguna dengan pengobatan konvensional
Dalam suatu diskusi panel National Institut of Health ( NIH ) yang dihadiri oleh 23 ahli di bidang kedokteran perilaku, penanganan nyeri, ilmu jiwa, ilmu saraf dan psikologi ditemukan berbagai bukti kuat bahwa penggunaan teknik relaksasi dan terapi perilaku dapat mengurangi rasa nyeri dan masalah insomnia akibat berbagai kondisi penyakit. Diskusi Panel NIH pernah juga memberikan simpulan bahwa akupuntur efektif untuk mengurangi nyeri gigi, mual, muntah, nyeri kepala dan nyeri pinggang bawah .
Bila pengobatan alternatif tidak didukung dengan dasar ilmiah , mengapa banyak orang , termasuk yang berpendidikan tinggi menggunakan terapi alternatif ini ?.
Dari sudut pandang pasien bukan suatu hal yang penting mengenai dasar ilmiah. Pengguna dari pengobatan alternatif ini biasanya pula sudah mencoba pengobatan konvensional yang tidak menyembuhkan penyakitnya. Hal ini membuat mereka menilai bahwa nilai statistik adalah tidak penting . Seringkali pula para pengguna pengobatan alternatif ini mendengar keberhasilan penyembuhan alternatif dari orang yang baru dikenal , keluarga, dan teman yang mungkin sudah mengalami kesembuhan dengan penyakit yang serupa melalui pengobatan alternatif tersebut.
Kedokteran modern menjadi identik dengan unpersonal dan high cost medicine yang hanya terjangkau oleh sekelompok kecil masyarakat dan kedokteran modern tersebut belum mampu secara meyakinkan manangani masalah penyakit degeneratif seperti masalah penuaan , kanker, diabetes, hipertensi. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kepercayaan masyarakat dan minat pencari pertolongan. Apalagi disampingnya terdapat pelayanan kesehatan alternatif yang menjanjikan.
Pengobatan alternatif tradisional masih digunakan oleh sebagian besar masyarakat bukan hanya karena kekurangan fasilitas pelayanan kesehatan formal yang terjangkau oleh masyarakat , tetapi lebih disebabkan oleh faktor-faktor sosial budaya dari masyarakat tersebut. Ia memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat yang dilayani
Adanya beberapa stereotypes di masyarakat, seperti : – pengobatan alternatif – tradisional bersifat holistik dan pengobatan modern hanya melihat penyakitnya saja dan adanya dikotomi penyakit ke dalam dua jenis , yaitu penyakit yang dapat disembuhkan oleh dokter dan penyakit yang hanya dapat disembuhkan oleh pengobat tradisional.
Adanya beberapa manfaat umum dari pengobatan alternatif – tradisional baik secara psikologis dan sosial yang tidak terpengaruh dengan keberadaan pengobatan modern , yaitu : mengurangi stress dan kecemasan akibat ketidakpastian penyakit, biaya yang rendah dan menyenangkan, penguatan dan keterlibatan langsung pasien dalam penanganan penyakitnya, fungsi kontrol bila ada penyimpangan, mengurangi trauma akibat perubahan kultural dan mempromosikan identitas kebudayaan.
Peranan praktisi kedokteran dalam menyikapi keberadaan pengobatan alternatif harus lebih sensitif terutama terhadap pasien pengguna pengobatan alternatif ini terlebih pada pasien dengan penyakit yang menahun dan sulit disembuhkan seperti : kanker, nyeri menahun , dan penyakit saraf degeneratif. Praktisi kedokteran sebaiknya pula mengetahui penggunaan terapi alternatif pada pasiennya, mengingat kemungkinan adanya reaksi interaksi antar obat.
Berbeda dengan ilmu kedokteran yang scientific & technological dengan pendekatan analitik, pengobatan alternatif – tradisional ( berkembang dari tradisi masyarakat tertentu ) lebih bersifat pre scientific & magico –mystical dengan pendekatan holistik. Pendekatan holistik dalam pengobatan tradisional yang memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat dapat diterapkan dalam ilmu kedokteran tanpa harus kehilangan identitas dan sifat keilmuannya. Pengobatan tradisional sudah merupakan bagian integral dari lingkungan sosial budaya dan ada nilai-nilainya yang patut dipertahankan dan ditingkatkan yang dapat memberikan sumbangan positif bagi upaya kesehatan. Oleh karena itu sebetulnya pengobatan tradisional dan pengobatan konvensional dapat berjalan berdampingan dan saling mengisi untuk memberikan manfaat yang optimal bagi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat banyak.
Sumber : www.gizikia.depkes.go.id